21.11.09

pembelajarab BA

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH
Oleh : Mustamin Fattah*

A. Pendahuluan
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru bahasa Arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga hal yaitu : (1) kemahiran berbahasa Arab, (2) pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab, (3) keterampilan mengajarkan bahasa Arab. Ketiga unsur tersebut mutlak diperlukan oleh seorang guru bahasa Arab yang ideal dan pada level apapun, namun jika melihat kondisi obyektif di mana kita berada dengan berbagai keterbatasan, baik keterbatasan kemampuan kebahasan maupun kemampuan metodik, bahkan keterbatasan sarana dan media pembelajaran. Maka peran guru dalam proses belajar mengajar menjadi poros utama dalam rangka mencapai kompetensi / kemampuan dasar yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal tersebut,
ان نجاح العملية التعليمية رهن بتضافر جهود وتوافر امكانات كثيرة، ولكن مهما تكن المدرسة حسنة الإعداد، غنية الإمكانات، ومهما تكن البرامج جيدة، والكتب مناسبة، ومهما يكن المخططون للبرامج والمعدون للمناهج والموجهون للمعلمين فى غاية الكفاءة..فإن هذا كله يكون قليل الفائدة إذا لم يكن المدرس نفسه صالحا لأداء دوره، بل رب مدرس قدير يستطع أن يتغلب على ماعسى أن يكون فى مدرسته وغيرها من نقص أوقصور، فيحصل من تدريسه على أحسن النتائج .
Teks di atas tidak berarti bahwa dalam proses pembelajaran, poros KBM focus pada guru, melainkan guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi bahasa Arab sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membisakan.
Berkaitan dengan strategi dan model pembelajaran bahasa, pembelajaran bahasa Inggris mengalami perkembangan lebih cepat dibanding dengan bahasa Arab. Bahkan dengan lahirnya ilmu bahasa seperti ilmu al-lughah (Linguistic), ilmu al-tarbiyah (paedagogic), dan ‘ilm al-nafs (Ilmu Jiwa-Psychology) yang memberikan kontribusi kepada lahirnya pendekatan dan metode baru dalam pengajaran bahasa, lebih banyak bersumber dari bahasa Inggris, bahasa Arab hanya berposisi sebagai “Penukil” atau sekedar mentransfer ilmu-ilmu itu ke dalam bahasa Arab.
Namun demikian metode pembelajaran bahasa Arab tetap mengalami perkembangan yang tidak kecil, meskipun tidak sebesar perkembangan pembelajaran bahasa Inggris.

B. Hirarki Pendekatan (المدخل), Metode (الطريقة), dan Teknik (الأسلوب).
Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakekat bahasa, dan belajar mengajar bahasa. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan metode dan pendekatan yang telah dipilih.
Dengan demikian pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat procedural, dan teknik bersifat operasional .
Pada tahun delapan puluhan, Jack Richards dan Theodore Rodges, mereformulasi konsep “metode” dan memberikan penamaan baru untuk “pendekatan, metode, dan prosedur”. Dalam konsep baru ini, metode menjadi istilah kunci untuk menggambarkan ketiga tahapan proses (pendekatan, rancangan, dan prsedur) tersebut atau menjadi paying utama untuk spesifikasi dan interelasi antara teori dan praktek.

Hirarki Pendekatan, Metode, dan Teknik
Model Edward Anthony (1963)













Model Richards dan Rodgers







Pendekatan apa yang baik dan tepat untuk pembelajaran bahasa Arab pada tingkat menengah?
Pertanyaan kemudian adalah bagaimana membelajarkan bahasa Arab mengikuti pola tersebut ?


C. Tujuan PBA dan Karakteristik BA
1. Tujuan pembelajaran
Seorang guru harus memahami karakteristik tujuan (baca: kompetensi) pembelajaran bahasa Arab. Pada semua level, tujuan PBA mesti sesuai dengan tujuan umum dari PBA itu sendiri, yaitu :
a. Pebelajar menerapkan bahasa sesuai dengan penuturnya, atau setidak-tidaknya mendekati penuturnya, hal ini mencakup empat keahlian : memahami ketika mendengarkan, mampu mengucapkan dengan benar ditinjau dari segi makna dan segi “pengucapannya” (tajwid), mampu membaca dan memahami teks, dan mampu menulis dengan benar.
b. Pebelajar mengenal karakteristik bahasa Arab (yang membedakan ia dengan bahasa lainnya) dari segi bunyi (ashwat), kosakata (mufradat), susunan kata-gramatika (taraakib), dan makna (mafahim).
c. Pebelajar memahami (sedikit) budaya orang Arab berikut dengan potret kehidupan mereka .
Dengan kata lain, membelajarkan bahasa Arab berarti membelajarkan bahasa, membelajarkan tentang bahasa dan mengenalkan budaya penutur bahasa.
Jika PBA menganut teori parsial (furu’iyyah), yaitu bahasa dipisah-pisahkan berdasarkan maharat lughawiyah, maka ada tujuan-tujuan khusus yang patut dipertimbangkan dalam PBA:
a. Istima’; untuk melatih pendengaran siswa kepada yang lain, seraya memikirkan peristiwa yang terkandung dalam kalimat yang didengar.
b. Qira’ah: meningkatkan kemampuan dasar siswa dalam membaca sehingga mampu berkomunikasi dengan bahasa tulis termasuk Koran dan sejenis.
c. Kalam; membiasakan siswa berani berbicara, melatih mereka mengucapkan kata/kalimat secara benar dan mengekspresikan perasaan dalam bentuk bahasa ujar.
d. Kitabah / Insya; melatih siswa untuk menggunakan alat tulis baik tulisan untuk tujuan khath maupun imla atau ta’bir sederhana .

2. Karakteristik Bahasa Arab
Bahasa secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut :
(1) Bahasa adalah system symbol; setiap bahasa memiliki system dan aturannya sendiri dari aspek bunyi (fonetik), morfem, frase, kalimat, dan klausa
(2) Bahasa Memiliki karakter bunyi sendiri. Artinya bahwa setiap bahasa mesti dimulai dari bunyi terlebih dahulu baru kemudian tulisan.
(3) Setiap bahasa mengandung makna. Arti suatu bahasa merupakan kesepakatan dari penggunanya.
(4) Bahasa adalah produk, dan bukan bawaan, karena bayi lahir tidak membawa bahasa.
(5) Bahasa berkembang, bukan sesuatu yang statis, melainkan senantiasa bergerak dan berkembang.
(6) Bahasa adalah social. Bahasa tidak ditemukan di tempat yang kosong, melainkan di dalam komunitas social .
Sedangkan jika dilihat dari segi fungsinya, maka bahasa memiliki fungsi sebagai berikut :
(1) Media untuk berfikir.
(2) Alat untuk berekpresi
(3) Sarana untuk berkomunikasi
(4) Sarana untuk menjaga tradisi dan budaya
(5) Sarana untuk belajar mengajar
Sementara itu, Ali Mujawir menyimpulkan ada tiga fungsi bahasa; 1) fungsi social; 2) fungsi psikologi/ individu; dan 3) fungsi keindahan.
Sehinga materi ajar yang diberikan oleh seorang guru tidak selalu harus mengikuti pola-pola yang terdapat dalam buku paket. Karena tidak semua buku paket memiliki criteria yang baik sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kecenderungan pebelajar serta lingkungan PBA. Perlu ditegaskan di sini bahwa bahasa Arab memiliki karakteristik yang khas yang membedakan ia dengan bahasa lain manapun. Diantaranya, bahasa Arab sarat dengan kaedah yang tepat sehingga perbedaan pada satu partikel terkecil saja akan berimplikasi pada perbedaan makna. Di samping itu, kekayaan mufradat yang dimiliki menyebabkan konotasi suatu makna tidak meleset, dan dari aspek fonetiknya bahasa Arab paling banyak dapat diucapkan secara benar oleh semua lisan dari berbagai bangsa di dunia.

D. Profil Guru Bahasa Arab

المدرس هو القائم بدور التربية والتعليم، أو المرشد للتلميذ إلى التعليم الذاتي التي تشترطه التربية الحديثة فى العملية التعليمية . فعرفنا أن المدرس عامل من عوامل نجاح تعليم اللغة الأجنبية (العربية)، لأن نجاح الدارسين يتعلق على كفاءة المدرس فى التعليم، حيث كانت الكفاءة تشمل كل شيئ يصور على كفاءة الشخص كمية كانت أو كفية. بل يعتبر أن المدرس عنصر مثالي فى فصل اللغة، لأنه هو الذي ينظم جميع النشاطات التعليمية وبما كل من عوامل النجاح فى التعليم.
ماأعظم دور المدرس فى التعليم، حتى قيل أن المدرس يلعب دورا فعالا ومباشرا – وخاصة- فى طريقة الإستجابة الجسدية الكاملة، كما قال آشر: المدرس هو مخرج مسرحية يكون فيها الطلاب ممثلون . بهذه المناسبة، أن التعليم الناجح يطلب كثيرا من كفاءة المدرس، فالمدرس الجيد هو المدرس الذي تتوافر فى شخصه الصفات الآتية:
1) الصفات العقلية.
أي لابد أن يكون لدى من يعد نفسه لمهنة للتدريس استعداد طبيعي للمهنة، ولابد أن يكون المدرس متمكنا من مادته التي يدرسها وملما بها الماما تاما.
2) الصفات الخلقية.
أي أن يكون المدرس قدوة فى أخلاقه
3) الصفات الإجتماعية.
أن يكون المدرس على درايته بمايدور فى بيئته ومجتمعه وعالمه، وأن تكون له التسامح والتعاون والنجدة واحترام الملكلية.
4) الصفات الجسمية.
أن يكون المعلم متصفا بكل الصفات الجسمية التي تعينه على أداء وظيفته، كمعتدل الطول، سليم الجسم من عيوب الكلام، وهو نشيط، وحسن الصوت، حاد البصر، قوي السمع.
5) الصفات المهنية.
وأن يكون المدرس دارسا لعلم التربية وعلم النفس .
وهناك قول آخر عن الصفات التي يجدر بمدرس اللغة العربية، حيث آرى أن هذا القول يميل إلى صفات المدرس الذى يدرس للطلاب المسلمين، وهي كما كتب عابد توفيق الهاشمي، أن مدرس العربية يجب أن يتصف بصفات:
1) توقد الذكاء؛ وذلك لأن اللغة فكرة وأسلوب، وغوص إلى المعاني، وجمال فى التعبير عنها، واستهواء النفوس اليها، وتنويع الأسلوب فى الخطاب للسامعين، فكل ذلك يحتاج إلى درجة عالية من الذكاء.
2) عمق العقيدة؛ أي أن العربية لغة العقيدة، لغة القرآن الكريم، لغة قدسية، فيجدر بمدرس اللغة العربية أن يتجاوب مع قدسية لغته وعمق عقيدته.
3) حسن الخلق؛ كماقد سبق ذكره فى "الصفات الخلقية"
4) غزارة المادة العلمية؛ أي يجدر بمدرس العربية له آفاق واسعة فى اختصاصه العلمي.
5) الرغبة الذاتية؛ أن لكل اختصاص رغبة تنميته وتحسنه، فلابد أن يختارها المدرس عن رغبة صادقة، لالمجرد كونها وسيلة ضامنة لمستقبله.
6) تفهمة لطرق التدريس؛ لابد لمدرس العربية أن يتعرف إلى الطرق التي تيسر تدريس اللغة العربية بفروعها المختلفة.
7) الصفات الخاصة؛ لشخصية المدرس واشراكته وفرحته بطلابه وبتدريسه ودئامة خلقه، ومرونته فى التعامل معهم، وحرصه عليهم وعلى وقتهم وإفادتهم..وفصاحة تعبيره، وجرس صوته، وغيرها .
من هذه الصفات اللازمة لمدرس اللغة، فوضع أزهر أرشد تفصيليا وهو يجب على كل مدرس أن يكون:
1) متخلقا بالأخلاق الكريمة بريئا من الأعمال السيئات مثلا أعلى فى أعماله وأحواله.
2) له نية خالصة فى أعماله وعزيمة قوية فى أداء واجباته.
3) سليم الجسم والعقل وقوي البنية.
4) عالما بقواعد التربية وطرق التدريس
5) عارفا بعلم النفس
6) مولعا فى مطالعة المراجع الكثيرة المتنوعة حتى يكون غزير المواد
7) ماهرا فى اختيار المواد الموثوقة بصحتها الملائمة للزمان والمناسبة لمدارك التلاميذ
8) قادرا على ترتيب المواد ترتيبا منطقيا وكتابتها فى دفتر الأعداد
9) قادرا على إيصال المعلومات إلى أذهان التلاميذ وتفهيمها.
10) مجدا فى عمله محبا لمهنته نشيطا فى أداء واجبه
11) له استعداد لمهنته وكفاءة فى تشجيع التلاميذ مع احترام عواطفهم.
12) قادرا على تشويق التلاميذ وإبقاء الإصغاء والإنتباه فيهم
13) قادرا على استيلاء الفصل وايجاد اتصال روحي بينه وبين التلاميذ.
14) حكيما عادلا فى معاملة التلاميذ وايقاء العقاب عليهم
15) له عين يقظة وملاحظة قوية وشجاعة كافية
16) صابرا رحيما نحو تلاميذه
17) له صوت واضح
18) عالما بغرض الدرس الذى يعلمه
19) عالما بالنقط الرئيسية من الدرس


E. Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab

وبهذه المناسبة (يتعلق بتعليم اللغة )، كتب "هارول بالمر" تسعة مبادئ رئيسية، ولخصها الكاتب فيما يأتي:
1) أولويات التقديم. هو أن يراعي المعلم عند تقديم المواد الدراسيةللتلاميذ تقديم بعض منهاقبل بعضها الآخر، ويعقد هذا المبدأ بتقديم الإستماع والكلام ثم الكتابة ثانيا، تعليم الجملة قبل تعليم الكلمة/ تعليم النحو قبل الصرف، تعليم الصرف قبل النحو، تعليم المفردات المفيدة أولا، تعليم اللغة بالسرعة العادية التي ينطق بها أهل اللغة.
2) أسس التدرج. أي التدرج من المحسوس إلى المعقول، الإنتقال من المعلوم إلى المجهول، فإذا درست فى الدرس الأول خمس كلمات جديدة فيجب أن يصبح العدد فى الدرس الثاني إحدى عشرة كلمة، والتدرج من البسيط المفيد إلى المركب. وأضيف إلى ذلك، أن يكون الشرح قليلا والتمرين كثيرا، عدم الإكتفاء بذكر الأخطاء ومجرد التنبيه عليها، فلابد من تكليف التلاميذ تصحيحها وكشف العلل والأسباب بأنفسهم ليتعودوا الإستقلال فى العمل والفكر.
3) أساس الدقة فى الأصوات والتراكيب والمعاني. أي ألا يعطي المعلم تلاميذه أية فرصة للوقوع فى الخطأ تجنبا لتكوين عادات لغوية خاطئة عندهم، وخاصة خاطئة فى نطق الأصوات والتراكيب والمعاني/ الدلالة، ولألا يتعود طالب أن يتكلم بالعربية مع أن فكرته سارت بالفكرة الإندونيسية.
4) عنصر التشويق. مراعاة عنصر الإنفعال والعنصر النفسي لدى التلاميذ ليسهل له فى فهم المواد الدراسية وتكون المواد ممتعة لهم. يجب على ايضاح المواد، واجتناب عن الأشياء المرتبكة، واعطاء التعليل ككلمة "صحيح، طيب، جيد" هلم جرا.. ثم كان فى حصة تنوع كعنصر اللعب، واستخدام وسائل الإيضاح إن أمكن.
5) أساس الصلابة والمتانة. أي استخدم الكلام من قبل وليس بشرح القواعد، أو تقديم المثال قبل النحو. ولا تكتف بمثال واحد، بل استعمل عددا من الأمثلة، فهذا يجعل الطلاب أكثر استيعابا للقاعدة لأن المثال الثاني أو الثالث يسهم فى توضيح المثال الأول، حينما تقدم المثال للطالب عليك أن تعطيه فرصة لإستعماله. فإذا علمته الجملة المنفية واعطيته أمثلة لها فاعطه فرصة يستعمل فيها جملا أخرى منفية، فعن طريق التطبيق ترسخ القاعدة، شجع الطلاب على اظهار مايعبرون عنه برسمه على وجوههم .



F. Metode Pembelajaran Bahasa Arab.
Metode berikut ini hanyalah berupa alternative-alternatif tehnik pembelajaran bahasa. Karena dalam metode pembelajaran, tidak dapat dikatakan mana yang paling baik, karena masing-masing metode memiliki landasan teoritis dan empiris, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan.
1. Metode Gramatika-Terjemah
a. Asumsi
ada satu “logika semesta” yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tatabahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika. Belajar bahasa dengan cara demikian dapat memperkuat kemampuan berfikir logis, memecahkan masalah, dan menghapal.
b. karakteristik
1) Tujuan mempelajari bahasa adalah agar mampu membaca karya sastra dalam bahasa target (BS), atau kitab keagamaan (Islam)
2) materi pelajaran terdiri atas: buku nahwu, kamus atau daftar kata, dan teks bacaan
3) tata bahasa disajikan secara deduktif. Yaitu dimulai dengan penyajian kaidah diikuti dengan contoh2.
4) kosa kata diberika dalam bentuk kamus dwibahasa.
5) teks bacaan berupa karya sastra klasik atau kitab keagamaan lainnya.
6) basis pembelajaran adalah penghafalan kaidah tatabahasa dan kosakata, kemudia peneremahan harfiah.
7) bahasa ibu diguanakan sebagai bahasa pengantar
8) peran guru aktif sebagai penyaji materi. Peran pelajar pasif sebagai penerima

c. Langkah-Langkah Penyajian
1) guru memulai pelajaran dengan menjelaskan butir-butir tata bahasa kemudian memberikan contoh-contohnya. Buku teks yang dipakai memang menggunakan metode deduktif.
2) Guru menuntun siswa menghafalkan daftar kosa kata dan terjemahannya, atau meminta siswa mendemonstrasikan hafalan kosa kata yang telah diajarkan sebelumnya
3) Guru meminta membuka buku teks bacaan kemudian menuntun siswa memahami isi teks bacaan dengan menerjemahkan kata perkata atau kalimat perkalimat. Atau guru meminta siswa membaca dalam hati kemudian mencoba menerjemahkannya perkata atau perkalimat; guru membetulkan terjemahan yang salah dan menerangkan beberapa segi ketata bahasaan (Nahwu-Sharaf) dan keindahan bahasanya (Balaghah). Guru juga meminta menganalisis tatabahasa (meng-I’rab).



Contoh Materi : dikutip dari Kitab Al-Nahwu al-Wafi (Abbas Hasan)
وأقسام الفعل ثلاثة:
ماض، وهو: كلمة تدل على مجموع أمرين؛ معنى، وزمن فات قبل النطق بها. ومن أمثلته قوله تعالى: {تَبَاركَ الذى جَعَل فى السماء بُرُوجًا، وجَعَلَ فيها سِرَاجًا؛ وقَمَرًا مُنِيرًا}.
ومضارع: وهو: "كلمة تدل على أمرين معًا: معنى، وزمن صالح للحال والاستقبال. كقوله تعالى: {قوْلٌ معْروفٌ، ومغْفِرةٌ خيْرٌ من صَدَقَة يتْبَعُها أذًى}، ولا بد أن يكون مبدوءاً بالهمزة، أو النون، أو التاء، أو الياء... وتسمَّى هذه الأحْرف: "أحرف المضارعة". وفتحها واجب، إلا فى المضارع الرباعىّ فتضمّ، وكذا فى: المضارع المبنى للمجهول. أما المضارع: "إخال" فالأفصح كسر همزته لا فتحها.
وأمر، وهو: كلمة تدل بنفسها على أمرين مجتمعين: معنى، وهذا المعنى مطلوب تحقيقه فى زمن مستقبل: كقوله تعالى: {رَبِّ اجْعلْ هذا البَلد آمِنًا}، ولا بد فى فعل الأمر أن يدل بنفسه مباشرة على الطلب من غير زيادة على صيغته؛ فمثل "لِتخْرجْ"، ليس فعل أمر؛ بل هو فعل مضارع، مع أنه يدل على طلب شىء ليحصل فى المستقبل؛ لأن الدلالة على الطلب جاءت من لام الأمر التى فى أوله، لا من صيغة الفعل نفسها.
Contoh lain dari Matan Alfiyah Ibn Malik
كَلاَمُنَالَفْظٌ مُفِيدٌكَاسْتَقِمْ واسم وفعل ثم حرف الكلم
واحده كلمة والقول عم وكلمة بها كلام قد يعم

2. Metode Aural-Oral (Audio-Lingual)
a. Asumsi
Metode ini didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu pembelajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis.
Asumsi lain adalah bahwa bahasa adalah kebiasan. Suatu prilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali, oleh karena itu pembelajaran bahasa harus dilakukan dengan teknin repetisi (pengulangan).
Ajarkan bahasa dan jangan mengajarkan tentang bahasa, juga merupakan prinsip dasar dalam metode ini. Oleh karena itu pelajaran bahasa harus diisi dengan kegiatan berbahasa bukan kegiatan mempelajari kaedah-kaedah bahasa.
Metode ini juga didasarkan atas asumsi “مايقال” (TBS) bukan sebaliknya “ماينبغي أن يقال” (TBT). Perbedaan keduanya adalah; (1) TBT menekankan kesemstaan tata bahasa sedangkan TBS menekankan fakta bahwa semua bahasa di dunia tidak sama strukturnya; (2) TBT bersifat preskriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang dikatakan baik oleh para ahli tata bahasa. Sedangan TBS bersifat deskriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli dan bukan apa yang dikatakan oleh ahli tata bahasa; (3)TBT mengkaji bahasa dari ragam formal (ragam sastra dan sejenisnya), sedangkan TBS mengkaji bahasa dari ragam informal yang digunakan oleh penutur asli dalam interaksi sehari-hari.
b. Karakteristik.
1) Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa secara berimbang
2) Urutan penyajiannya adalah menyimak – berbicara baru kemudian membaca – menulis
3) Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihapalkan.
4) Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (pattern-practice). Latihan atau drill mengikuti urutan :
Stimulus response reinforcement.
5) Kosa kata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas berdiri sendiri.
6) Pengajaran system bunyi secara sistematis (berstruktur) agar dapat digunakan/ dipraktekkan oleh pelajar, dengan teknik demonstrasi, peniruan, komparasi, kontras, dan lain-lain
7) Pelajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran menulis terdiri dari pola kalimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara lisan.
8) Penerjemahan dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan untuk penjelasan, diperbolehkan secara terbatas.
9) Gramtika (dalam arti ilmu) tidak diajarkan pada tahap permulaan.
10) Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukkan adanya perbedaan structural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu pebelajar.
11) Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan respon harus sungguh-sungguh dihindarkan.
12) Penggunaan bahan rekaman, laboratorium bahsa, dan visual aids sangat dipentingkan.
c. Langkah-langkah Penyajian (Mim-Mem Technique)
1) Penyajian dialog atau bacaan pendek, dengan cara guru membaca berulang kali, dan pelajar menyimak tanpa melihat teks.
2) Peniruan dan penghapalan dialog atau bacaan pendek, dengan teknik menirukan bacaan guru kalimat per kalimat secara klasikal sambil menghapalkan kalimat-kalimat tersebut. Teknik ini disebut mimicry-memorization.
3) Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan pendek, terutama yang dianggap sukar, karena terdapat struktur atau ungkapan yang berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar. Ini dilakukan dengan teknik dril.
4) Dramatisasi dialog atau bacaan pendek yang sudah dilatihkan. Para pelajar mendramatisasikan dialog yang sudah dihapalkan di depan kelas secara bergantian.
5) Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dipelajari

Contoh Materi: bahan pelajaran yang menjadi ciri khas dari metode ini adalah teks dialog untuk dihafalkan oleh pelajar dan men dril-dril pola kalimat:
الحوار
في البيت
طارق : مساء الخير يا همدان
همدان : مساء النور
طارق : لمن هذه الصورة ؟
همدان : هذه الصورة لعائلتي
طارق : هل لك سيارة ؟
همدان : نعم لي سيارة
طارق : أين سيارتك ؟
همدان : سيارتي أمام البيت
طارق : هل لك حديقة ؟
همدان : نعم لي حديقة
طارق : أين حديقتك ؟
همدان : حديقتي وراء بيتي
طارق : أين حذائك ؟
همدان : حذائي تحت المكتب
طارق : هل لك صورة والدك ؟
همدان : نعم، لي صورة والدي
طارق : أين صورة والدك ؟
همدان : صورة والدي معلقة على الجدار
طارق : هل بيتك قريب ؟
همدان : نعم، بيتي جانب المسجد

التدريبات
1. السقف فوق 2. الولد أمام



3. المسجد المدرسة 4. الكتاب الكرسي





3. Metode Langsung (al-Thariqah al-Mubasyirah)
a. Asumsi.
Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Oleh karena itu, pebelajar harus dibiasakan berfikir dalam BS dan penggunaan bahasa ibu dihindari sama sekali.
b. Karakteristik.
Ciri-ciri pokok metode langsung ini adalah :
1) Tujuan utamanya ialah penguasaan BS secara lisan agar pelajar bisa berkomunikasi dalam BS
2) Materi pelajaran berupa buku teks yang berisi daftar kosa kata dan penggunaannya dalam kalimat. Kosa kata itu umumnya kongkrit dan ada di lingkungan siswa, dan pada umumnya bisa diperagakan.
3) Kaidah2 bahasa diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
4) Kata-kata kongkrit diajarkan melalui demonstrasi, peragaan, benda langsung, dan gambar.
5) Kemampuan komunikasi lisan dilatihkan melalui secara cepat melalui Tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang bervariasi.
6) Kemampuan berbicara dan menymak kedua-duanya dilatihkan
7) Guru dan murid sama-sama aktif, tapi guru berperan memberikan stimulus berupa contoh ucapan, peragaan, dan pertanyaa, sedangkan siswa hanya merespon dalam bentuk menirukan.
8) Ketepatan pelafalan dan tata bahasa ditekankan.
9) Kelas diciptakan sebagai lingkungan BS buatan.
c. Langkah-langkah penyajian
Secara umum adalah sebagai berikut:
1) Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjuk bendanya atau gambar benda itu, memeragakan sebuah gerakan atau mimic wajah. Siswa menirukan berkali-kali sampai benar pelafalan dan paham maknanya.
2) Latihan berikutnya berupa Tanya jawab dengan kata Tanya “ ma, hal, ayna, dsb. Klasikal – kelompok – individu.
3) Setelah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan, siswa diminta membuka buku teks. Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.
4) Kegiatan berikutnya adalah menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam buku dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.
5) Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan, misalnya berupa cerita humor, cerita yang mengandung hikmah.

Contoh Materi :
سبورة طلاسة مسطرة منشة
كراسة ممحاة نافذة مكنسة

هذه مسطرة تلك سبورة
هذه طلاسة تلك نافذة
هذه كراسة تلك منشة
أهذه منشة ؟ نعم، هذه منشة
أهذه سبورة ؟ نعم، هذه سبورة
أهذه مسطرة ؟ نعم، هذه مسطرة
أهذه نافذة ؟ نعم، هذه نافذة

النحو الوظيفي : أسماء التفضيل


الباب أكبر من النافذة المسطرة أطول من القلم
الشارع في المدينة أوسع من الطريق في القرية
أأنت أقوى من أخيك الصغير ؟
- نعم أنا أقوى منه
- لا، لست أقوى منه

4. Metode Membaca
a. Asumsi
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran bahasa tidak bisa multi tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing. Dengan demikian asumsinya bersifat pragmatis, buka filosofis teoritis.
b. Karakteristik
1) Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca, yaitu agar pelajar mampu memahami teks ilmiah untuk keperluan studi mereka
2) Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan untuk perluasan (extensive reading/ قراءة موسعة ), buku latihan mengarang terbimbing dan percakapan.
3) Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan, didahului oleh pengenalan kosa kata pokok dan maknanya, kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. Pemahaman isi bacaan melalui proses analisis, tidak dengan penerjemahan harfiah, meskipun bahasa ibu boleh digunakan dalam mendiskusikan isi teks.
4) Membaca diam (silent reading/ قراءة صامتة), lebih diutamakan daripada membaca keras (load reading/ قراءة جهرية)
5) Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berlebihan

c. Langkah-langkah Pembelajaran
1) Pelajaran dimulai dengan pemberian kosa kata dan istilah yang dianggap sulit dan penjelasan maknanya dengan definisi dan contoh dalam kalimat.
2) Siswa membaca teks bacaan diam selama kurang lebih 25 menit.
3) Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa Tanya jawab dengan menggunakan bahasa ibu pelajar.
4) Pembicaraan mengenai tata bahasa secara singkat kalau dianggap perlu
5) Pembahasaan kosa kata yang belum dibahas sebelumnya
6) Mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku suplemen, yaitu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, latihan menulis terbimbing.
7) Bahan bacaan perluasan dipelajari di rumah dan dilaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.

Contoh materi :
الدكان الجديد
علق – بياع – لوحة – وزع – خذف – نزع
فتح رجل دكانا لبيع السمك، وعلق فوق بابه لوحة صغيرة كتب عليها (هنا بيَّاع السمك). فجاءه أحد أصدقائه وقال له : لماذا تكتب على اللوحة كلمة (هنا)، ألا يباع السمك إلا في دكانك ؟". فخذف صاحب الدكان كلمة (هنا). ثم جاء صديق آخر وقال له : لماذا تكتب على اللوحة كلمة (يباع)؟. ألا يفهم الناس أنك لا توزع السمك مجانا ؟". فخدف كلمة (يباع). ثم جاءه صديق ثالث وقال : لماذا تكتب على اللوحة كلمة (السمك)، ألا يراه الناس ويسمونه ؟" فنزع صاحب الدكان اللوح.
أجب عن الأسئلة الآتية في ضوء النص السابق !
1. ماذا يبيع الرجل في دكانه ؟
2. ماذا علق الرجل فوق باب دكانه ؟
3. كم كلمة كتبها الرجل على اللوحة ؟
4. ماذا كتب البائع على اللوحة ؟
5. كم صديقا جاءه ؟
6. هل وزع الرجل السمك مجانا ؟
7. أي كلمة تكتب على اللوحة عندما يجيئ الصديق الثالث ؟
8. أي الكلمة التي تبقي على اللوحة أخيرا ؟
9. ماذا فعل الرجل باللوحة أخيرا ؟
10. هل علق البائع لوحة جديدة ؟
اختر في كل مما يلي !
11. فتح الرجل دكانا ليبيع فيه :
(أ‌) لوحا (ب) سمكة (ج) سمكا (د) لحما
12. علق البياع لوحة صغيرة :
(أ‌) فوق باب الدكان (ب) أمام باب الدكان (ج) جانب باب الدكان (د) داخل الدكان
13. البياع هو :
(أ‌) المبيع (ب) الدكان (ج) السمك (د) البائع
14. اقترح الصديق الثاني بحذف كلمة (بياع) لأنه رأى أن :
(أ‌) البياع بمعنى المشترى (ب) الناس يعرفون أن السمك يباع
(ج) الرجل يوزع السمك مجانا (د) الرجل ليس بائعا.

5. Metode Gabungan (eklektif-intiqa’iyyah)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa; (1) tidak ada metode yang ideal karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemhanan; (2) setiap metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran; (3) lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan kepada metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan, (4) tidak ada satu metode yang cocok untuk semua tujuan, semua guru, semua siswa, dan semua program pengajaran, (5) yang terpenting dalam pengajaran adalah memenuhi kebutuhan pelajar, bukan memenuhi kebutuhan sutu metode, (6) setiap guru memiliki kewenangan dan kebebasan untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan pelajar.
Penggambungan beberapa metode diillustrasikan sebagai berikut:










Bentuk-bentuk Drill
Drill Manipulatif :
أحمد يذهب إلى المدرسة بـ





Drill Semi-Komunikatif
أحمد يذهب إلى المدرسة بـ
صورة الدراجة صورة السيارة صورة العربة صورة الأوتوبيس صورة البتشا
Drill Komunikatif
المدرس : أنا أذهب إلى المدرسة بالأوتوبيس، وأنت يا أحمد ؟
أحمد : أنا أذهب إلى المدرسة بـ ........................، وأنت يا حامد ؟
حامد : أنا أذهب إلى المدرسة بـ ........................، وأنت يا سالم ؟
سالم : أنا أذهب إلى المدرسة ب .......................، وأنت يا نبيل ؟
نبيل : أنا أذهب إلى المدرسة بـ ........................، وأنت يا .........؟




Concept Map Embelajaran Bahasa Arab
Dalam sebuah program pembelajaran bahasa akan terlihat prosesnya pada bagan berikut :


































G. TEHNIK PEMBELAJARAN KEMAHIRAN BERBAHASA

1. Menyimak
a. Tahap2 latihan menyimak
a) Latihan Pengenalan (identifikasi)
Guru mengintraskan bunyi huruf
Contoh :




Contoh 2 : guru ingin memperdengarkan huruf (ق)
1 مقعد
2 مقبول
3 مكتب
4 مقفول
Siswa hanya menyebut nomor kata yang diminta oleh guru

Contoh 3: membedakan fonem







b) Latihan mendengarkan dan menirukan
- Latihan pengucapan bunyi huruf tertentu
قلم – قمر – قصد - قدم
- Latihan pengucapan beberapa bunyi berdekatan :
حبر – خبر ، صباح - مناخ، مجاز - مزاح
- Vocal panjang dan pendek
بارد – بريد، قاتل – قتيل
- Latihan vocal bersyiddh
كسر – كسّر، كفر – كفّر، سلم – سلّم
c) Latihan mendengarkan dan memahami (pemula)
- Latihan melihat dan mendengar (انظر واسمع)
- Latihan membaca dan mendengar (اقرأ واسمع)
- Latihan mendengarkan dan memeragakan (اقرأ ومثّل)
اقرأ – اقفل الكتاب – اجلس – اكتبوا – امسح السبورة – افتح الشباك.
(أو) تبكي فاطمة – بضحك فريد – السائق يقود السيارة – الخادم يكنس البلاط



2. Berbicara
Kemampuan berbicara harus terlebih dahulu memilki kemampuan “mendengarkan’, mengucapkan, dan penguasaan (relative) kosa kata dan ungkapan”.
Tahapan latihan berbicara :
a. Latihan asosiasi dan identifikasi
a) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata yang ada hubungannya dengan kata tersebut:
Guru siswa
رأس شعر
قميص ثوب
رزّ فلاح
مسجد مؤذن

b) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada hubungnnya.
Guru siswa
ءخذا موز
قلم فأس
كوب قلنسوة

c) Guru menyebut satu kata benda (ism), siswa menyebut kata sifat yang sesuai.
Guru siswa
تلميذ نشيط
شعر طويل
حذاء سوداء
ليل مظلم

d) Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa menyebut pelaku (fa’il)nya yang cocok
Guru siswa
نجح المجتهد
رسب الكسلان
صلى المسلم
ربح التاجر

e) Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa 1 menyebutkan (fa’il)nya yang cocok, siswa 2 melengkapinya dengan sebuah frase, dan siswa 3 menyebutkan kalimat yang disusun bersama itu selengkapnya.
Siswa 3 siswa 2 siswa 1 guru
ذهب المعلم إلى المدرسة إلى المدرسة المعلم ذهب
عمل الفلاح في المزرعة في المزرعة الفلاح عمل
لعب الأطفال في الميدان في الميدان الأطفال لعب

f) Guru menulis di papan tulis beberapa kategori/ jenis benda, siswa diminta mengingatnya. Beberapa saat kemudian tulisan dihapus. Kemudian guru menyebut satu kata benda dan siswa menyebutkan jenis benda tersebut.
Jenis-jenis benda: فاكهة – طعام – زهر – شراب
Guru siswa
لبن شراب
وردة زهر
تفاحة فاكهة
خبز طعام
g) Guru atau salah seorang siswa menulis satu kata (secara rahasia). Kemudian siswa satu persatu mengajukan pertanyaan untuk dapat menebak kata yang ditulis. Dalam permainan ini kelas dapat dibagi 2 kelompok. Kelompok yang lebih cepat menebak mendapatkan nilai lebih baik.

b. Latihan Percakapan
a) Tanya Jawab
Guru mengajukan satu pertanyaan, siswa 1 menjawab dengan satu kalimat; kemudian siswa 1 bertanya, siswa 2 menjawab; kemudian siswa 2 bertanya siswa 3 menjawab; demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
المدرس : إلى أين ذهبت البارحة يا أحمد ؟
أحمد : ذهبت البارحة إلى المسجد. إلى أين ذهبت البارحة يا أمين ؟
أمين : ذهبت البارحة إلى السينما. إلى أين ذهبت البارحة يا فاضل ؟
فاضل : ما ذهبت إلى أي مكان. إلى أين ذهبت البارحة يا نبيلة ؟
نبيلة : أنا في البيت فقط.
b) Menghafalkan model dialog.
c) Percakapan terpimpin
Guru menentukan situasi atau konteks (munasabah) nya. Siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan munasabah yang telah ditentukan.
جاءك صديق حميم لك يطلب منك أن تعيره مبلغا من النقود ليشتري به أودية. ولكنك لسوء الحظ مفلس لأن حوالتك لم تأت بعد، فتعرض له أن يبيع ساعتك اليدوية ويشتري بثمنها الأدوية التي يحتاج إليها، ولكنه رفض وشكر لك، وقال انه سيبيع بعض ثيابه البالية

Seorang teman akrab dating kepadamu meminjam uang untuk membeli obat. Sayangnya kamu sendiri sedang tidak punya uang karena kiriman belum dating. Lantas kamu menawarkan kepadanya jam tanganmu untuk dijual guna membeli obat yang diperlukannya. Tapi dia menolak dan berterima kasih kepadamu. Dia akan menjual beberapa helai pakaiannya sendiri membeli obat.

d) Percakapan Bebas : berkelompok atau individu
e) Bercerita
f) Diskusi


3. Membaca
a. Membaca keras
Menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain;
1) Irama yang tepat dan ekpresi yang menggambarkan perasaan penulis
2) Lancer tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang
3) Memperhatikan tanda baca atau tanda grafis (pungtuasi);
نقطة (.)، فصلة (،)، نقطتان (:)، فصلة منقوطة (i)، شرطة (--)، قوسان ()، علامة الإستفهام (؟)، علامة التعجب (!)، علامة التنقيص (")، الخط المائل (/).

b. Membaca dalam Hati (القراءة الصامتة)
c. Membaca Cepat
d. Membaca rekreatif
e. Membaca analitis




4. Menulis
Tahap-tahap latihan menulis
a. Mencontoh.
b. Reproduksi
c. Imlak : dipersiapkan dan tanpa persiapan
d. Rekombinasi dan Transformasi
Rekombinasi : latihan menggabungkan kalimat-kalimat yang mulanya berdiri sendiri menjadi satu kalimat panjang.
Tranformasi: latihan mengubah bentuk kalimat, dari kalimat positif menjadi negative, kalimat berita menjadi kalimat Tanya dan sebagainya.
Contoh :
الجملة الموازية : المدرس حضر إلى المدرسة مبكرا
(المدرسة)
الطبيب فحص المريض
(الطبيب)
الفقرة الموازية: أنا من أسرة أمريكية مسلمة. أتمنى أن أتعلم اللغة العربية لغة القرآن الكريم لأفهمه. أحب أن أتصل بإخواني المسلمين في العالم
(جحا)
(إميليا)
الكلمات المخذوفة : ذهب الفلاح .................... المزرعة
أراد التلميذ .................... يتعلم
قرأ أبي ........................
ألقى ....................... خطبة

املأ الفراغات في الجمل الآتية باختيار الكلمة المناسبة مما يلي :
(فرد – وفرت – الشعوب – بنين – الصالح )
1. ............................الحكومات كل الخدمات
2. يجب على ...................الإسلامية أن تكون متحدة
3. في المدينة مدارس ................... وبنات
4. كل ........................ يريد أن يكون سعيدا
5. الإنسان ....................... هو الذي يقوم بواجباته الدينية

ترتيب الكلمة رتب الكلمات الآتية لتكون جملة مفيدة
سليمان – أبيه – خلف – سار

ترتيب الجمل رتب الجمل الآتية حتى تكون فقرة

تحويل الجملة منفية - مثبتة
لا يجب أبي الموسيقي == يجب أبي الموسيقى
خبرية - استفهامية - تعجبية
هذا البيت جميل == هل هذا البيت جميل == ما أجمل هذا البيت
ماض – مضارع – أمر
خرج أحمد == يخرج أحمد == اخرج أحمد

e. Mengarang Terpimpin
f. Mengarang Bebas





















Contoh Materi Bahasa Arab

Perhatikan dan dengarkan kata-kata berikut ini!
سبورة طلاسة مسطرة كراسة نافذة مكنسة
مكتب كتاب قلم كرسي صندوق رف

هذا مكتب
هذا كتاب
هذا قلم
هذا كرسي
هذا صندوق
هذا رفّ هذه سبورة
هذه طلاسة
هذه مسطرة
هذه كراسة
هذه نافذة
هذه مكنسة

تديبات
Guru menggunakan alat pertanyaan di bawa ini sambil menunjukkan benda yang ditanyakan untuk dijawab oleh siswa
ما هذا ؟............ هذا ............
ما هذه ؟ .......... هذه ............

Jika memungkinkan, guru bisa menambahkan alat pertanyaan dan jawabannya
أهذه مسطرة ؟ نعم، هذه مسطرة
أهذا كتاب ؟ لا، هذا صندوق

Baca Selanjutnya...

5.9.09

Pembaharuan dalam Islam

materi hari ini
Kata Tajdid berasal dari bahasa Arab yang memiliki padanan kata seperti Modernisasi, pembaharuan, reorientasi, reinterpretasi, pemurnian, reformasi, pencerahan, dan “kelahiran kembali


(Pengertian tajdid, Fungsi tajdid, Arti penting tajdid, Latar belakang timbulnya tajdid)

A. PENGERTIAN TAJDID (Corak Khusus Perbendaharaan Dalam Islam)
Kata Tajdid berasal dari bahasa Arab yang memiliki padanan kata seperti Modernisasi, pembaharuan, reorientasi, reinterpretasi, pemurnian, reformasi, pencerahan, dan “kelahiran kembali. Beberapa padanan kata tersebut mengarahkan kita pada satu pengertian “perubahan secara signifikan pada satu konsep, baik perubahan bersifat fundamental ataupun secara parsial”, atau sesuai arti dasar dari Tajdidi itu sendiri adalah : membuat sesuatu menjadi baru kembali
Namun yang jadi pertanyaan besar: ke arah mana pembaruan itu dilakukan, baik dari sisi “nazhariyah” (teoretis), “amaliyah” (praksis), maupun “sulukiyah” (moral)? Mau dibawa ke mana Islam ini; corak liberal, moderat atau Fundamentaliskah? Konservatif atau progresif?
Beberapa definisi berikut mungkin dapat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas:
KH. Ahmad Sidiq : memulihkan sesuatu kepada keaadaan semula (ketika masih baru, sebelum terkena debu atau karat). Bukan berarti mengganti sesuatu yang lain dengan yang baru.
Yusuf Qardhawi : tajdid diartikan pembaruan, modernisasi, yakni upaya mengembalikan pemahaman agama kepada kondisi semula sebagaimana masa Nabi. Bukan berarti hukum agama persisi seperti terjadi pada waktu itu. melainkan melahirkan keputusan hukum untuk masa sekarang sejalan dengan maksud syar’I dengan membersihkan dari unsur-unsur bid’ah, khurafat atau pikiran-pikiran asing.
Sementara itu, dalam epistemology Indonesia, disebutkan bahwa Tajdid adalah Pembaruan yang dimaknai sebagai pembaharuan dalam pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan yang baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan modern. (age of reason atau enlightement) 1650 – 1800 m.
Berdasarkan hal tersebut maka Pembaruan (tajdid) mengandung 3 unsur :
1. Liberation, proses berfikir itu lebih bersifat pembebasan daripada ta’sshub mazhab, bid’ah dan khurafat.
2. Reformation, kembali kepada Alquran dan Sunnah .
3. Modernization, menyesuaikan dengan sesuatu yang suasana baru yang ditimbulkan oleh Ilmu Pengetahuan modern.

Jika merujuk pada referensi-referensi tentang sejarah maka akan ditemukan banyak sekali peristilahan yang digunakan para penulis yang dalam bahasa Indonesia berkonotasi pembaharuan atau tajdid, umpamanya tajdid, ishlah, reformasi, ‘ashriyah, modernisasi, revivalisasi, resurgensi (resurgence), reassersi (reassertion), renaisans, dan fundamentalis. Peristilahan seperti ini timbul, bukan sekedar perbedaan semantik bela-ka, akan tetapi dilihat dari isi pembaharuan itu sendiri. Agar tidak terjadi kerancuan pemahaman pada istilah-istilah tersebut, maka di bawah ini akan dijelaskan secara garis besarnya:

1. Tajdid, Ishlah, dan Reformasi
Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi; karena itu, gerakannya disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan reformasi. Tajdid menurut bahasa al-i’adah wa al-ihya’ , mengembalikan dan menghidupkan. Tajdid al-din, berarti mengembalikannya kepada apa yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim awal. Tajdid al-Din menurut istilah ialah menghidupkan dan membangkitkan ilmu dan amal yang telah diterangkan oleh al-Quran dan al-Sunnah . Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid sebagai berikut : Menerangkan/membersih-kan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu dan memu-liakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya” . Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah. Tajdid tersebut di atas dapat pula diartikan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf menghidupkan kembali ajaran salaf al-shaleh, meme-lihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya serta meletakkan metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam mengambil mak-na yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.
Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong umat Islam agar kembali kepada al-Quran dan sunnah serta mengembangkan ijtihad. Inilah makna tajdid yang dianut oleh kaum puritan yang selama ini suaranya masih bergema. Tajdid seperti ini pula yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi dalam Islam. Refor-masi itu sendiri, berdasarkan sejarahnya, muncul akibat modernisasi dan puritan muncul sebagai reaksi atas reformasi. Reformasi adalah vis a vis modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan agama dan teologi yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern (reformation as a religious and theological and the cauce of modern secularism
2. ‘Ashriyah dan Modernisasi
Istilah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum Orientalis terhadap gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi gerakan itu sendiri. Moder-nisasi, dalam masyarakat Barat, mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagai-nya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditim-bulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tatkala umat Islam kontak dengan Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demok-rasi, dan lain sebagainya.
Penyesuaian ajaran seperti di atas disebut modern karena dalam sejarahnya agama Katholik dan Protestan dahulu diajak menyesuaikan diri dengan ilmu pengeta-huan dan falsafat modern. Sayangnya, modernisaai di Barat ini akhirnya membawa kepada sekularisasi. Jika seandainya demikian ternyata perkataan modern tidak sedikit dampaknya dan bahayanya dalam pemahaman agama, seandainya tidak ada filter-filter tertentu untuk menyaringnya sebagaimana terjadi di dunia Barat tadi. Itulah sebabnya barangkali Harun Nasution tidak begitu sreg menggunakan kata modern sebagai gantinya dipilih kata pembaharuan.
3. Revivalisasi, Resurgensi, Renaisans, Reasersi
Kesemua peristilahan di atas mengandung arti te-gak kembali atau bangkit kembali. Peristilahan revivali-sasi, pada dasarnya, banyak sekali digunakan oleh para penulis. Fazlurrahman, misalnya, menggunakan istilah ini, bahkan ia membaginya kepada dua bagian yaitu revivalis pra-modernis dan revivalis neo modernis.
Penulis lain mengungkapkan kebangkitan kembali dengan kata resurgence. Chandra Muzaffar yang mengemukakan istilah ini dalam tulisannya Resurgence A. Global Vew menyatakan bahwa adanya perbedaan antara istilah revivalis dengan resurgence. Resurgence, adalah tindakan bangkit kembali yang di dalamnya mengandung unsur :
1. Kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam dianggap penting karena dianggap mendapatkan kembali prestisenya;
2. Ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi sebelumnya;
3. Bangkit kem¬bali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari mereka yang berpengalam-an lain.
Revivalisme juga berati bangkit kembali, tetapi kem-bali ke masa lampau, bahkan berkeinginan untuk meng-hidupkan kembali yang sudah usang. Renaisans, jika ha-nya diartikan secara umum nampaknya membangkitkan kembali ke masa-masa yang sudah ketinggalan zaman, bahkan ada konotasi menghidupkan kembali masa jahi-liyah, sebagaimana renaisans di Eropa yang berarti meng-hidupkan kembali peradaban Yunani. Jika istilah ini ter-paksa digunakan, maka Renaisans Islam harus berarti tajdid.
Karena itu, barangkali mengapa banyak para penu-lis menggunakan Renaisans dalam menerangkan tajdid atau Pembaharuan dalam Islam. Fazlurrahman, misalnya dalam bukunya Islam : Challenges and Opportunities, me-nulis tentang Renaisans Islam : Neo Modernis. Istilah ini-pun digunakan pula oleh editor buku A History of Islamic Phllisophy, M.M. Sharif, tatkala rnenerang¬kan tokoh-to-koh pembaharuan dunia Islam, seperti Muhammad ibn Abd al-Wahab, Muhammad Abduh dan lainnya di ba-wah judul Modern Renaissans. Sementara itu reassertion berarti tegak kembali tetapi tidak mengandung tan-tangan terhadap masalah sosial yang ada.
Demikianlah istilah tajdid, pembaharuan, yaitu dikemukakan oleh para ahli, mereka bukan hanya sekedar berbeda pendapat dalam hal istilah yang digunakan, akan tetapi dalam makna dan isi pembaharuan itu sen-diri. Itulah sebabnya orang sering mengatakan bahwa istilah Pembahruan dalam Islam masih merupakan kon-troversi yang mengandung kebenaran. Dan itu pula se-babnya mengapa Harun Nasution tidak banyak meng-gunakan peristilahan yang banyak itu, kecuali menggu-nakan istilah pembaharuan, modern dan tajdid sewaktu-waktu. Karena, yang penting adalah isi dan tujuan dari pembaharuan itu sendiri kembali kepada ajaran-ajaran dasar dan memelihara ijtihad.

B. FUNGSI TAJDID
Fungsi tajdid dapat ditelusuri melalui dua aspek dari konsep “al-Muhaafazhatu ala al-Qadiim al-Shalih wa al-Akhdz di al-Jadid al-Ashlah, yaitu :
1. Fungsi konservasi : al muhafazhatu bil qadimis shalih) melestarikan dan menjaga nilai dan ajaran yang benar, mutlak dan universal yang bersumber pada wahyu dan dali qath’i.
2. Fungsi Dinamisasi: al-Akhzu bil Jadidil Ashlah) mengembangkan dengan daya yang selektif terhadap nilai-nilai dan kemajuan baru yang dapat menyempurnakan nilai-nilai dan ajaran yang sifatnya nisbi dan ijtihad yang bersumber pada dalil-dalil zhanni.

Kemudian menurut KH. Ali Yafi, hal di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. al- I’aadah ; pemulihan kembali ajaran Islam dari pencemaran limbah
2. al- Ibanah; pembedaan dan pemisahan ajaran islam dari ajaran yang menyimpang
3. al-Ihya’; pendinamisan hidup dan semangat Islam dalam menghadapi kemajuan zaman.
Tajdid juga merupakan sistem koreksi terhadap penyusupan ajaran dan nilai yang mengancam kelestarian Islam, seperti intervensi pemikiran (al-Ghazawul Fikry) dari luar Islam, dan deviasi (penyimpangan) dan dalam Islam sendiri.

C. FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA PEMBAHARUAN
Setidak-tidaknya ada dua sebab yang mendorong terjadinya pembaharuan dalam Islam ;
Yang pertama adalah dorongan dari ajaran Islam itu sendiri, dan yang kedua sebagai akibat adanya asimilasi dengan kebudayaan baru, baik yang bersifat lokal, regional mau-pun internasional, khususnya dengan Barat modern.
Mengenai sebab pertama, sebagaimana , disinggung pada pada urain terdahulu, banyak ayat-ayat al-Quran dan hadis yang menerangkan tentang penelitian ilmiah dan perlunya memelihara ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Salah satu Hadis yang menerangkan terhadap perlunya tajdid adalah sabda na-bi yang berbunyi :” Sesungguhnya Allah akan membang-kitkan untuk umat ini, setiap penghujung seratus tahun, orang yang memperbaharui agamanya».
Hadis ini menerangkan secara eksplissit, bahwa adanya mujaddid, reformer, juru ishlah, dan mujahid akan selalu muncul pada setiap awal atau penghujung seratus tahun. Ini artinya pada setiap generasi akan ada seorang mujaddid. Berkaitan dengan sebab pertama ini karena umat Islam setiap generasi dan tempat tertentu akan menghadapi persoalan yang berbeda, karena umat selalu berkembang, tantangan zaman juga semakin komplek.
Di kalangan umat Islam, tatkala mujaddid pertama muncul yaitu pada masa Ibn Taimiyah, penyelewengan dalam agama sangat banyak, sehingga mengakibatkan akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak rusak. Muncul ketika itu yang disebut syirk, khurafat, dan bid’ah, taqlid meraja lela dan ijtihad dianggap haram. Apa yang dia-lami oleh Ibn Taimiyah, itu pulalah yang pernah dialami oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Pada masa mereka berdua, politik dunia Islam pun sedang hancur akibat serbuan tentara Mongol di satu pihak dan penetrasi Ba-rat ke dunia Islam di pihak lainnya. Pembaharuan yang muncul setelah Muhammad bin Abd al-Wahhab sebagai akibat penetrasi Barat modern ke dunia Islam.
Tekanan dari masing-masing pembaharuan berbe-da, dari satu generasi kepada genarasi yang lain, dan ju-ga dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Namun para pembaharu itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu me-murnikan ajaran Islam dan atau nembangkitkan nama baik Islam. Dalam pada itu yang diperbaharui oleh para pembaharu itu hanyalah ajaran yang tidak bersifat mut-lak yaitu penafsiran dan interpretasi dari ajaran yang bersifat muntlak itu. Dengan kata lain pembaharuan ter-hadap yang bersifat mutlak ini tidak dapat diadakan. Di samping itu para pembaharu harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pikiran yang jernih,
2) Wawasan yang luas,
3) Sikap yang konsisten,
4) Kemampuan menganalisa hal-hal mana yang melampaui batas dan mana yang akan meng-antarkan kepada tujuan,
5) mampu memelihara keseimbangan,
6) Memiliki kekuatan berpikir,
7) Berani dan pantang mundur dalam menghadapi tantangan zaman,
8) Memiliki kemampuan memimpin,
9) Memiliki kemampuan berijtihad,
10) Memilki kemampuan untuk membagun dan membina masyarakat,
11) Dapat membedakan ajaran islam dan ajaran jahiliayah ,
12) Dan seorang muslim yang rnemiliki keimanam, pandangan, pemahaman, dan perasaan yang benar tentang Islam.

Sementara itu, jika gerakan pembaharuan Islam diistilahkan dengan Revivalisme pra-modernis seperti Ibn Taimyah Muhammad bin Abd al-Wahhab, Gerakan Sanusiyah, dan Fulaniyah, maka gerakan ini timbul karena:
1) Keprihatinan yang mendalam terhadap kemerosotan moral dan sosial umat;
2) Sebagai himbauan untuk kembali ke islam orisi-nal , meninggalkan khurafat dan tahayul, me-ninggalkan taqlid dan mendorong ijtihad;
3) Menghimbau untuk membuang beban yang menghancurkan, berupa pandangan tentang taqdir sebagai akibat teolagi asyariyah,
4) Melaksanakan perubahan , revivalis, dengan kekuatan bersenjata jika diperlukan.
Adapun sebab yang mendorong bangkitnya semangat pembaharuan pada tingkat ini antara lain datang-nya dari Islam sendiri;
1) Yaitu merupakan kritik terhadap sufisme yang menjauhi tugas-tugas dalam pergaulan sosial dan dunia kankrit;
2) Mutlak perlunya rekonstruksi sosio-moral dan sosio-etik masyarakat islam agar sesuai atau paling tidak mendekati islam ideal;
3) Referensi gerakan pembaharuan yang utama adalah al-quran dan al-sunnah serta menekan-kan semangat ijtihad , yaitu dengan mengguna-kan akal pikiran untuk memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat islam.
4) Karena itu revivalis pra-modernis, walaupun pernah dituduh sebagai anti intelektualisme oleh orientalis, sebenarnya mereka adalah pembebas besar khususnya dalam penekanan Ijtihad.

Setelah itu pada pertengahan abad ke 19 muncul kelompok pembaharuan yang oleh Fazlurrahman dise-but modernis klasik. Yang dianggap termasuk kelompok ini antara lain Sayyid Ahmad Khan, Jamaludin al-Afgha-ni dan Abduh. Mereka mewarisi tradisi Muslim masa pertengahan berupa filsafat Rasional dari Alfarabi , Ibn Sina, dan lainnya, dengan menumbuhkan semangat ijtihad dan penolakan taqlid. Yang dianggap baru dari pembaharuan ini ialah perluasan ijtihad. Pembaharuan ini berkembang meliputi pemahaman akal budi dan hu-bungannya den iman, pembaharuan sosial, pendidikan, status uanita, pemharuan politik, dan lain sebagainya
Cara penafsiran kaum modernis klasik didasarkan pada al-Quran dan kerangka dasar Sunnah historis bu-kan teknis. Di antara mereka ada yang menolak Hadis secara hati-hati seperti Muhammad Abduh, dan ada pula yang menolak Hadis secara terang-terangan, menafsir-kan Islam secara Liberal, seperti Sayyid Ahmad Khan.
Setelah para modernis klasik ini, muncullah apa yang dinamakan Rahman sebagai neo-revivalisme yang gerak-annya terartikulasikan dalam bentuk gerakan-gerakan politik. Ia berbeda, baik dengan kaum revivalis pra-modernis maupun dengan kaum modernis klasik. Reaksi mereka terhadap modernisme cukup tajam bahkan tidak dapat dibedakan dengan pra-modernis. Mereka menuduh bahwa kaum modernis klasik itu identik dengan pembaratan (westernize).

D. TOKOH-TOKOH PEMBAHARU
Tidak mudah untuk menyebutkan siapa saja pem-baharu itu secara definitif. Hal ini disebabkan karena berbeda sudut pandang cara penilaian disamping juga mereka yang dianggap sebagai pembaharu itu tidak pernah menyebut dirinya sebagai pembaharu secara eksplisit. Di sarnping itu adakalanya seseorang yang dianggap se¬bagai pembaharu oleh yang lainnya, semen-tara penilai yang lain menyebutnya sebagai mulhid, kufr, murtad, dan gelaran-gelaran yang lainnya.
Namun demikian terlepas dari perbedaan-perbeda-an penilaian tersebut di atas, berdasarkan literatur-lite-ratur yang ditemukan sekedar untuk memberikan con-toh , bahwa mereka yang dianggap sebagai pembaharu itu antara lain adalah : Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abd al-Wahhab, Syekh Waliyullah al-Dahlawi, Sanusi, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Sayyid Ahmad Khan, al-Syaukani, Muhammad Abduh, Al-Afghani, Muhammad Rasyid Rido, dll. Di Indonesia pada masa perjuangan, kita mengenal Cokro Aminoto, H. Ahmad Dahlan, A. Hassan. Ahmad Syurkati, Hasyim Asy’ari, dll.
Malah menurut penilaian Abul A’la Maududi, yang dianggap Pembaharu adalah : Umar bin Abd al-Aziz, imam mazhab yang erapat, Ibn Taimiyah, Syekh’ Ahmad Sirhindi, Imam Waliyullah al-Dahlawi, Sayid Ahmad al-Barbalaeni, dan Syekh Ismail.
Alasan mereka dianggap pembaharu karena jasa-jasa mereka dalam menggugah kebangkitan umat, baik secara intelektual, moral, dan lain sebagainya. Termasuk pula tokoh-tokoh pembaharu seperti Muhammad Ali, al-Tahtawi, Qasim Amin, Mustafa Kamil, Ali Abdul Raziq, Toha Husen, Hasan al-Bana, Jamal Abd al-Naser.

E. RUANG LINGKUP PEMBAHARUAN
Secara inplisit ruang lingkup pembaharuan, pada dasarnya sudah disinggung pada halaman-halarnan se-belumnya, namun kiranya akan lebih baik jika diterang-kan secara eksplisit.
1. Pra Modernis
Kelompok pembaharu pra modernis dan yang se-ide dengannya lebih menekankan pada aspek pemurnian ajaran Islam dalam bidang akidah, syariah, dan akhlaq dari subversi ajaran yang bukan Islam dan tidak dapat di-Islamkan. Meskipun demikian mereka tidak melupakan aspek politik dan sosial ekonomi.
2. Modernis Klasik
Kelompok modernis klasik sudah lebih jauh me-langkah dari apa yang diperjuangkan oleh kekom-pok pra-modernis. Mereka bukan hanya sekedar mere-kontruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan teta-pi sudah sampai pada tahap membicarakan mana yang disebut ajaran dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar atau hanya furu’. Mereka melakukan reaktuali-sasi penafsiran dan pemahaman Kitab suci dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadis secara tajam. Di antara mereka ada yang bersikap hati-hati terhadap penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad Abduh misalnya, dan ada yang meno-lak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti Sayyid Ahmad Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang masalah eko-nomi, kenegaraan, penafsiran kontekstual dan mengam-bil metode modern dalam kalian-kajiannya.
3. Pasca Modernis
Pasca modernis dapat pula kita katakan sebagai neo revivalisme yang menekankan pembaharuan pada bidang politik dan pendidikan. Mereka, para pembaha-ru ini ingin agar adanya identitas khusus yang Islami; mereka berbeda dengan kaum modern klasik dan pra modernis.
Demikianlah pembaharuan dalam Islam, de-ngan berbagai variasinya dapat membangkitkan umat Islam dari kevacuman Intelektual dan kerusak-an akidah. Pembaharuan yang dimulai di dunia Arab menghembuskan angin segar ke seantero du-nia Islam, sehingga kaum muslimin menemukan kembali identitas dirinya dan mampu pula membebaskan dirinya dari penjajahan dan kolonialisme Barat.

Baca Selanjutnya...

4.9.09

trik mempercantik tampilan BLOG



ilmuan berkebangsaan Buban alias bugis banjar Baca Selanjutnya...